BAKAL KERUNTUHAN SUATU JARINGAN INTELIJEN (1)

Oktober 31st, 2018

Post saya kali ini masih ada hubungannya dengan tulisan saya yang lalu. Perbedaannya adalah, kali ini yang menjadi pokok bahasan bukanlah mengenai anggota intel gadungan, tetapi mengenai bagaimana ketika seorang “perwira” yang berjiwa hedon dan berjiwa selebritas “bertemu” dengan anggota masyarakat yang salah kaprah mengenai intelijen yang kemudian berpotensi meruntuhkan suatu jaringan intelijen. Apa yang diceritakan di sini merupakan kisah nyata dan sedang berlangsung, namun demi nama baik institusi terkait, tentu saya tidak akan menyebutkan institusi tersebut. Satu hal yang pasti, tentunya institusi tersebut memiliki suatu unit/seksi/bagian yang memiliki fungsi intelijen di dalamnya. Tulisan ini mempunyai tiga tujuan: 1) bagi masyarakat awam, ini akan menjadi sedikit bekal untuk memahami seluk-beluk intelijen secara lebih mendalam di masa mendatang, 2) bagi para ahli teori organisasi barangkali ini bisa menjadi bahan studi kasus mengenai hancurnya suatu organisasi, dan 3) bagi para analis intelijen barangkali ini bisa menjadi kajian yang menarik untuk mengungkap “ada apa di balik ini semua?”. Sebelum ke pokok cerita, (khusus untuk masyarakat awam) ada baiknya secara sangat singkat hal-hal penting tentang intelijen dan jaringan intelijen.

Intelijen *)

“Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri, dan kemenanganmu tidak akan terancam. Kenali lapangan,  kenali cuaca, dan kemenanganmu akan lengkap”

“Kenali musuhmu, dengan mengetahuinya sudah separuh dari kemenangan”

“(dalam hal perang) tiada kedekatan yang lebih dekat daripada kedekatan dengan mata-mata, tiada upah yang lebih besar daripada upah mata-mata, tiada rahasia yang lebih rahasia daripada rahasia mata-mata”

Begitulah di antaranya ajaran-ajaran Sun Tzu, seorang ahli strategi dan perang bangsa Cina yang hidup sekitar 500 tahun Sebelum Masehi. Dari uraian tersebut Sun Tzu menganggap sangat penting untuk mengetahui keadaan musuh. Namun siapa yang mengetahui dengan akurat keadaan musuh? Selanjutnya Sun Tzu menguraikan lima macam mata-mata (spies) atau agen (agent), yaitu a) agen lokal, b) agen dalam, c) agen ganda, d) agen mati, dan e) agen hidup. Mengenai kelima macam agen tersebut tidak akan dibahas terinci di sini, namun pada intinya bahwa kita memerlukan informasi mengenai keadaan musuh. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh para praktisi intelijen memang mencari informasi.  Namun tidak hanya itu. Intelijen menjalankan tiga fungsi, yang biasa disingkat lidpamgal, yaitu penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan.

Apa penyelidikan itu? Dalam konteks Intelijen Negara, penyelidikan adalah serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencari, menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi Intelijen, serta menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan.

Apakah pengamanan itu? Dalam konteks Intelijen Negara, pengamanan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan, kegiatan Intelijen dan/atau Pihak Lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan nasional.

Apakah penggalangan itu? Dalam konteks Intelijen Negara, penggalangan adalah serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk memengaruhi Sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan nasional.

Demikianlah pengertian penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan dalam konteks Intelijen Negara. Walaupun pengertian-pengertian tersebut dalam konteks Intelijen Negara, sebenarnya intelijen dalam tubuh Kejaksaan, POLRI, TNI, KPK, dan lain-lain pada intinya mempunyai kemiripan. Unit/Seksi/Bagian intelijen pada masing-masing institusi mempunyai fungsi agar institusi dapat menjalankan program-programnya untuk mencapai tujuannya, tanpa mendapatkan hambatan atau perlawanan dari “pihak lawan”. Setiap institusi memiliki tujuan. Dalam rangka mencapai tujuannya tersebut, institusi menjalankan program-program. Dalam menjalankan program-program tersebut, sangat mungkin ada pihak-pihak yang merongrong, mengganggu, atau menghambatnya dengan harapan agar institusi tersebut gagal mencapai tujuannya. Nah, tugas unit/seksi/bagian intelijen inilah untuk “mengkondisikan” agar program-program institusi dapat berlangsung sebagaimana seharusnya sehingga institusi tersebut pada akhirnya dapat mencapai tujuannya.

Dari uraian di atas, seolah-olah aktivitas intelijen itu hanya terdapat dalam institusi-institusi tertentu. Ini tidak benar. Kita sebagai manusia pun dalam keseharian hidup kita, (bisa) menerapkan “ilmu” intelijen dalam mencapai tujuan yang kita miliki. Sebagai contoh, misalnya kita ingin mendapatkan gelar Sarjana (S1). Dalam rangka mencapai tujuan ini, kita melakukan “penyelidikan”. Kita mulai mencari-cari informasi mengenai berbagai program studi yang tersedia, institusi pendidikan tinggi yang menyelenggarakan program studi yang kita minati, biaya yang diperlukan, persyaratan pendaftaran, dan sebagainya. Semuanya ini menjadi “bahan masukan” untuk pengambilan keputusan perguruan tinggi mana yang kita pilih nanti. Setelah kita memilih perguruan tinggi manakah yang akan dimasuki, kita akan berupaya agar kita tidak dirugikan/terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan dalam rangka mencapai yang ingin kita raih. Misalnya, kita memastikan bahwa kita menerima tanda bukti bayar atas setiap pembayaran kepada institusi (uang pangkal, SPP, dll.). Kita juga memastikan bahwa nama kita tercantum dalam daftar hadir mata kuliah yang ditempuh, dan menjelang sidang sarjana kita memastikan bahwa nama kita tercantum dalam daftar peserta sidang sarjana. Inilah merupakan “pengamanan”.  Dalam rangka menciptakan kondisi yang menguntungkan dalam upaya meraih gelar sarjana tersebut, kita berupaya memengaruhi “lingkungan sekitar”. Misalnya kita menjalin hubungan yang baik dengan sesama mahasiswa, dengan dosen, para pejabat struktural untuk memuluskan perjalanan mencapai tujuan. Selain itu kita bergabung dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan yang menunjang perjalanan kita sebagai seorang mahasiswa. Kita berupaya agar memiliki citra yang baik sebagai mahasiswa sehingga lingkungan sekitar merasa simpati sehingga apabila suatu saat kita mengalami masalah (dalam studi), lingkungan kita memberikan dukungan moril maupun materiil kepada kita. Itulah merupakan “penggalangan”.

Dari uraian di atas, kita melihat bahwa fungsi intelijen dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memuluskan perjalanan menuju apa yang ingin kita capai. Demikian pula halnya dalam konteks “perjalanan” suatu institusi untuk mencapai tujuannya. Langkah penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan ini dilakukan secara terencana dan terarah.

(bersambung)

*) Pengertian Intelijen ini bukanlah merupakan suatu pengertian yang lengkap. Ada banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk menerangkan apakah intelijen itu. Misalnya, intelijen dapat dipandang sebagai pengetahuan, sebagai kegiatan, sebagai profesi, sebagai organisasi, sebagai seni, dll. Tentang ini akan dimuat di lain waktu.

Tagging: , , , ,

Most visitors also read :



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.