Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah pengambilan data. Pada praktiknya pengambilan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Data dapat diambil dengan cara menyebarkan kuesioner (questionnaire), wawancara, mendalam (depth interview), diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), dan lain-lain. Namun pertanyaan berikutnya yang dapat diajukan adalah siapakah yang harus mengisi kuesioner itu? Siapakah yang harus diwawancarai? Secara umum, terdapat dua macam cara pengambilan data. Cara pertama adalah yang disebut dengan cara sensus. Dengan cara sensus, semua anggota populasi diambil datanya. Cara ini tentunya memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan apabila kita mengambil data dari sebagian kecil dari anggota populasi. Cara kedua ini dinamakan sampling (penarikan contoh). Dalam sampling, tidak semua anggota populasi diambil datanya; biasanya banyaknya data yang diambil sangat sedikit dibandingkan dengan banyaknya anggota populasi seluruhnya.
Berdasarkan keterwakilan populasi oleh sampel yang diambil, terdapat dua jenis cara penarikan contoh, yaitu 1) penarikan contoh nonprobabilitas (nonprobability sampling) dan 2) penarikan contoh probabilitas (probability sampling). Dalam post ini akan diuraikan tentang nonprobability sampling. Tentang probability sampling akan diuraikan di post saya berikutnya.
NONPROBABILITY SAMPLING
Dalam metode sampling jenis ini, tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk diambil datanya. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil sampling dengan cara ini tidak dapat diperumum (digeneralisasikan) sehingga cara ini jarang dipakai dalam penelitian kuantitatif. Terdapat beberapa macam nonprobability sampling ini, yaitu: a) convenience sampling, b) purposive sampling, c) quota sampling, d) snowball sampling
Convenience Sampling
Nama lain metode ini adalah accidental/availability/haphazard sampling. Sebagaimana dapat disimpulkan dari arti kata convenience, yaitu kenyamanan, sampling dengan cara ini mengutamakan kenyamanan di dalam menentukan objek atau orang mana yang akan dijadikan sampel. Bisa terjadi seorang peneliti memilih untuk mewawancarai seorang pejalan kaki yang dianggapnya menarik. Bisa jadi peneliti memilih orang yang mudah dijumpai. Contoh convenience sampling cukup mudah kita temukan. Misalnya ketika seorang peliput/reporter salah satu stasiun televisi mewawancarai seorang pemudik beberapa hari sebelum Idul Fitri (ini disebut person-on-the-street-interview) . Peneliti mewawancarai pemudik tersebut karena kebetulan mudah ia jumpai di sekitar lokasi wawancara. Contoh lain misalnya seorang peneliti mewawancarai pedagang kaki lima (PKL) menanyakan pendapatnya mengenai relokasi tempat berjualan. Peneliti tersebut mewawancarai pedagang tersebut karena kebetulan sedang tidak melayani calon pembeli. Peneliti merasa tidak nyaman apabila mewawancarai pedagang yang sedang melayani calon pembeli. Hasil yang diperoleh dari convenience sampling tidak dapat diperumum. Metode sampling ini masih dapat digunakan dalam penelitian penjajakan (exploratory research).
Purposive Sampling
Nama lain metode ini adalah judgmental sampling. Apabila kita telusuri dari arti kata purposive (menurut tujuan) dan judgment (pertimbangan), tampaknya peneliti dalam memilih anggota populasi tertentu untuk dijadikan sampel disesuaikan dengan tujuan tertentu dan pertimbangan tertentu. Berbeda dengan convenience sampling yang lebih mengedepankan kenyamanan pengambilan data, purposive sampling menggunakan kriteria tertentu (yang sebelumnya telah ditetapkan peneliti) dalam memilih anggota populasi untuk dijadikan sampel. Perlu digarisbawahi (ketika kita menggunakan metode ini) bahwa sampel yang akan didapatkan tidak mewakili seluruh anggota populasi. Purposive sampling sering digunakan dalam studi tentang media massa ketika peneliti memilih para responden yang menggunakan media tertentu dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan spesifik mengenai media tersebut (Wimmer&Dominick, 2011). Sebagai contoh, apabila seorang peneliti ingin membandingkan persepsi pemirsa TV terhadap kualitas reality show produksi Indosiar dan TransTV, tentu ia akan mencari orang yang sering menonton pertunjukan-pertunjukan di kedua stasiun TV tersebut.
Quota Sampling
Quota sampling merupakan salah satu subkategori dari purposive sampling. Lebih khususnya, quota sampling dilaksanakan dengan terlebih dulu menentukan kategori-kategori umum dan banyaknya sampel yang harus didapatkan pada masing-masing kategori (= kuota). Misalnya seorang peneliti di bidang komunikasi tertarik untuk mempelajari perbedaan cara komunikasi lisan antara orang yang biasa menggunakan alat komunikasi radio dua arah (handy talky) dengan yang tidak pernah atau jarang menggunakan alat komunikasi tersebut. Ia kemudian (dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu) menetapkan bahwa sampel yang akan diambilnya adalah sebanyak 200 orang yang terdiri dari 70% sampel yang jarang menggunakan handy talky dan 30% sampel yang biasa menggunakan handy talky. Dengan kriteria dan kuota yang ditetapkan di awal tersebut, kemudian ia mencari 140 orang yang jarang menggunakan handy talky dan 60 orang yang terbiasa menggunakan handy talky.
Snowball Sampling
Snowball sampling/network sampling/chain referral sampling/reputational sampling/respondent-driven sampling adalah sampling tidak acak dengan suatu ciri bahwa peneliti memulai dengan satu kasus dan kemudian, berdasarkan informasi tentang “hubungan saling” dari kasus tersebut, menentukan kasus-kasus lainnya dan mengulangi proses tersebut secara berulang (Neuman, 2014). Dalam metode ini, tiap orang atau satuan (sampling unit) terhubung dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tak langsung. Misalnya, seorang peneliti, setelah mewawancarai Andre, meminta Andre menyebutkan kenalannya (yang memenuhi kriteria tertentu) untuk menjadi objek wawancara berikutnya. Andre memberikan nama Agus untuk diwawancarai setelahnya. Peneliti kemudian mewawancarai Agus, dan setelah itu peneliti meminta Agus untuk memberikan nama lain (yang memenuhi kriteria tertentu) untuk diwawancarai. Agus memberikan nama Dani untuk diwawancarai. Dalam contoh ini, Andre tidak perlu kenal dengan Dani. Dalam hal ini Andre dan Dani terhubung tidak secara langsung.
Bersambung: probability sampling (tautan belum tersedia)
BERBAGAI METODE SAMPLING (1)
Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah pengambilan data. Pada praktiknya pengambilan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Data dapat diambil dengan cara menyebarkan kuesioner (questionnaire), wawancara, mendalam (depth interview), diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), dan lain-lain. Namun pertanyaan berikutnya yang dapat diajukan adalah siapakah yang harus mengisi kuesioner itu? Siapakah yang harus diwawancarai? Secara umum, terdapat dua macam cara pengambilan data. Cara pertama adalah yang disebut dengan cara sensus. Dengan cara sensus, semua anggota populasi diambil datanya. Cara ini tentunya memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan apabila kita mengambil data dari sebagian kecil dari anggota populasi. Cara kedua ini dinamakan sampling (penarikan contoh). Dalam sampling, tidak semua anggota populasi diambil datanya; biasanya banyaknya data yang diambil sangat sedikit dibandingkan dengan banyaknya anggota populasi seluruhnya.
Berdasarkan keterwakilan populasi oleh sampel yang diambil, terdapat dua jenis cara penarikan contoh, yaitu 1) penarikan contoh nonprobabilitas (nonprobability sampling) dan 2) penarikan contoh probabilitas (probability sampling). Dalam post ini akan diuraikan tentang nonprobability sampling. Tentang probability sampling akan diuraikan di post saya berikutnya.
NONPROBABILITY SAMPLING
Dalam metode sampling jenis ini, tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk diambil datanya. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil sampling dengan cara ini tidak dapat diperumum (digeneralisasikan) sehingga cara ini jarang dipakai dalam penelitian kuantitatif. Terdapat beberapa macam nonprobability sampling ini, yaitu: a) convenience sampling, b) purposive sampling, c) quota sampling, d) snowball sampling
Convenience Sampling
Nama lain metode ini adalah accidental/availability/haphazard sampling. Sebagaimana dapat disimpulkan dari arti kata convenience, yaitu kenyamanan, sampling dengan cara ini mengutamakan kenyamanan di dalam menentukan objek atau orang mana yang akan dijadikan sampel. Bisa terjadi seorang peneliti memilih untuk mewawancarai seorang pejalan kaki yang dianggapnya menarik. Bisa jadi peneliti memilih orang yang mudah dijumpai. Contoh convenience sampling cukup mudah kita temukan. Misalnya ketika seorang peliput/reporter salah satu stasiun televisi mewawancarai seorang pemudik beberapa hari sebelum Idul Fitri (ini disebut person-on-the-street-interview) . Peneliti mewawancarai pemudik tersebut karena kebetulan mudah ia jumpai di sekitar lokasi wawancara. Contoh lain misalnya seorang peneliti mewawancarai pedagang kaki lima (PKL) menanyakan pendapatnya mengenai relokasi tempat berjualan. Peneliti tersebut mewawancarai pedagang tersebut karena kebetulan sedang tidak melayani calon pembeli. Peneliti merasa tidak nyaman apabila mewawancarai pedagang yang sedang melayani calon pembeli. Hasil yang diperoleh dari convenience sampling tidak dapat diperumum. Metode sampling ini masih dapat digunakan dalam penelitian penjajakan (exploratory research).
Purposive Sampling
Nama lain metode ini adalah judgmental sampling. Apabila kita telusuri dari arti kata purposive (menurut tujuan) dan judgment (pertimbangan), tampaknya peneliti dalam memilih anggota populasi tertentu untuk dijadikan sampel disesuaikan dengan tujuan tertentu dan pertimbangan tertentu. Berbeda dengan convenience sampling yang lebih mengedepankan kenyamanan pengambilan data, purposive sampling menggunakan kriteria tertentu (yang sebelumnya telah ditetapkan peneliti) dalam memilih anggota populasi untuk dijadikan sampel. Perlu digarisbawahi (ketika kita menggunakan metode ini) bahwa sampel yang akan didapatkan tidak mewakili seluruh anggota populasi. Purposive sampling sering digunakan dalam studi tentang media massa ketika peneliti memilih para responden yang menggunakan media tertentu dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan spesifik mengenai media tersebut (Wimmer&Dominick, 2011). Sebagai contoh, apabila seorang peneliti ingin membandingkan persepsi pemirsa TV terhadap kualitas reality show produksi Indosiar dan TransTV, tentu ia akan mencari orang yang sering menonton pertunjukan-pertunjukan di kedua stasiun TV tersebut.
Quota Sampling
Quota sampling merupakan salah satu subkategori dari purposive sampling. Lebih khususnya, quota sampling dilaksanakan dengan terlebih dulu menentukan kategori-kategori umum dan banyaknya sampel yang harus didapatkan pada masing-masing kategori (= kuota). Misalnya seorang peneliti di bidang komunikasi tertarik untuk mempelajari perbedaan cara komunikasi lisan antara orang yang biasa menggunakan alat komunikasi radio dua arah (handy talky) dengan yang tidak pernah atau jarang menggunakan alat komunikasi tersebut. Ia kemudian (dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu) menetapkan bahwa sampel yang akan diambilnya adalah sebanyak 200 orang yang terdiri dari 70% sampel yang jarang menggunakan handy talky dan 30% sampel yang biasa menggunakan handy talky. Dengan kriteria dan kuota yang ditetapkan di awal tersebut, kemudian ia mencari 140 orang yang jarang menggunakan handy talky dan 60 orang yang terbiasa menggunakan handy talky.
Snowball Sampling
Snowball sampling/network sampling/chain referral sampling/reputational sampling/respondent-driven sampling adalah sampling tidak acak dengan suatu ciri bahwa peneliti memulai dengan satu kasus dan kemudian, berdasarkan informasi tentang “hubungan saling” dari kasus tersebut, menentukan kasus-kasus lainnya dan mengulangi proses tersebut secara berulang (Neuman, 2014). Dalam metode ini, tiap orang atau satuan (sampling unit) terhubung dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tak langsung. Misalnya, seorang peneliti, setelah mewawancarai Andre, meminta Andre menyebutkan kenalannya (yang memenuhi kriteria tertentu) untuk menjadi objek wawancara berikutnya. Andre memberikan nama Agus untuk diwawancarai setelahnya. Peneliti kemudian mewawancarai Agus, dan setelah itu peneliti meminta Agus untuk memberikan nama lain (yang memenuhi kriteria tertentu) untuk diwawancarai. Agus memberikan nama Dani untuk diwawancarai. Dalam contoh ini, Andre tidak perlu kenal dengan Dani. Dalam hal ini Andre dan Dani terhubung tidak secara langsung.
Bersambung: probability sampling (tautan belum tersedia)
Bagikan ini:
Most visitors also read :
KESALAHAN SANG PROFESOR
TAFSIRAN GEOMETRIS KOMPONEN UTAMA
KOMPONEN UTAMA POPULASI (POPULATION PRINCIPAL COMPONENTS)
PENELITIAN KOMUNIKASI DENGAN PENDEKATAN POSMODERNISME